Minggu, 14 Agustus 2016
Jumat, 15 Juli 2016
Sabtu, 11 Juni 2016
TUJUAN & FUNGSI
TUJUANDAN FUNGSI
TUJUAN
Purna
Paskibraka Indonesia mempunyai tujuan :
1. Menghimpun dan membina para anggota agar menjadi warga Negara
Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa,
berjiwa Pancasila, setia dan patuh pada Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi
Pandu Ibu Pertiwi.
2. Mengamalkan dan mengamankan Pancasila.
3. Membina watak kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan meningkatkan
rasa persaudaraan, kekeluargaan,
persatuan dan kesatuan,
mewujudkan kerjasama yang utuh
serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan negara, memupuk rasa
tanggungjawab dan daya
cipta yang dinamis serta kesadaran nasional dikalangan para anggota dan keluarganya.
4. Membentuk manusia Indonesia yang memiliki ketahanan mental tangguh, cukup pengetahuan
dan kemahiran teknis untuk dapat melaksanakan pekerjaannya tanggap serta daya tahan fisik/jasmani tangkas.
FUNGSI
Purna
Paskibraka Indonesia mempunyai fungsi :
1. Pendorong dan pemrakarsa pembaharuan melalui kegiatan yang konstruktif
sehingga dapat menjadi pelopor pembangunan demi kemajuan Bangsa dan Negara.
2. Sebagai wadah pembinaan dan pengembangan potensi anggota untuk menjadi insane yang mandiri, berkarya, professional dan bertanggung jawab.
VISI & MISI
VISI
Membangun Purna Paskibraka Indonesia menjadi organisasi yang profesional dalam bekerja, independen dalam bersikap, dan berwawasan internasional dalam bermitra.
MISI
1. Merealisasikan sarana infrastruktur organisasi untuk meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
2. Menciptakan Tata Kelola organisasi yang profesional, akuntabel, transparan, dan aspiratif guna terciptanya budaya kejujuran dalam berorganisasi.
3. Membina dan menjaga semangat kekeluargaan dan kebersamaan antar anggota organisasi.
4. Meningkatkan jalinan kerjasama dengan berbagai pihak baik swasta maupun pemerintah dengan prinsip kesetaraan dan kebersamaan untuk memperluas networking organisasi.
5. Mengembangkan jaringan dan pergaulan organisasi dengan institusi – institusi internasional.
6. Meningkatkan partisipasi organisasi dalam berbagai bidang sosial kemanusiaan.
SEJARAH PURNA PASKIBRAKA INDONESIA (PPI)
Pada
tahun 1975, sejumlah alumni (purna) Paskibraka tingkat nasional
berkeinginan untuk mendirikan organisasi alumni. Kemudian mereka
menyampaikan keinginan tersebut kepada para pembina di Jakarta. Pembina
menawarkan sebuah nama, Reka Purna Paskibraka (RPP), yang berarti
persahabatan pada alumni Paskibraka. Kemudian digodok lagi menjadi Purna
Eka Paskibraka (PEP), yang berarti wadah berhimpun dan pengabdian para
alumni Paskibraka. PEP DIY resmi dikukuhkan pada tanggal 28 Oktober 1976
Para
alumni di Jakarta meneruskan gagasan pendirian RPP, dan di Bandung
berdiri pula Eka Purna Paskibraka (EPP). Ketiga organisasi hanya
terkoordinasi dibawah bidang binmud kanwil depdikbud dan belum membentuk
forum komunikasi di tingkat pusat. Tahun 1980, Direkorat Pembinaan
Generasi Muda (PGM) berinisiatif mendayagunakan potensi alumni berbagai
program termasuk program pertukaran pemuda Indonesia Kanada dan SSEAYP
(Kapal Pemuda Asean Jepang). Organisasi itu bernama Purna Caraka Muda
Indonesia (PCMI). Selain Jakarta, Bandung, dan Jogya, seluruh Purna
Paskibraka digabungkan ke dalam PCMI sampai dengan tahun 1985.
Sesuai
dengan SK Dirjen Diklusepora No.Kep.091/E/O/1985 tanggal 10 Juli 1985,
alumni Paskibraka dan pertukaran pemuda dipisahkan. Kemudian ditetapkan
bahwa PPI adalah organisasi binaan yang bersifat regional dan
provinsial, yang berarti organisasi PPI ada di tiap provinsi.
Purna
Paskibraka Indonesia didirikan tanggal 21 Desember 1989 di Cipayung
Bogor melalui Musyawarah Nasional I Purna Paskibraka Indonesia adalah
Organisasi Sosial Kemasyarakatan.
Purna Paskibraka Indonesia mempunyai tujuan :
1. Menghimpun
dan membina para anggota agar menjadi warga Negara Indonesia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila,
setia dan patuh pada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjadi
Pandu Ibu Pertiwi.
2. Mengamalkan dan mengamankan Pancasila.
3. Membina
watak, kemandirian dan profesionalisme, memelihara dan meningkatkan
rasa persaudaraan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan, mewujudkan
kerjasama yang utuh serta jiwa pengabdian kepada bangsa dan negara,
memupuk rasa tanggung jawab dan daya cipta yang dinamis, serta kesadaran
nasional di kalangan para anggota dan keluarganya.
4. Membentuk
manusia Indonesia yang memiliki ketahanan mental (tangguh), cukup
pengetahuan dan kemahiran teknis untuk dapat melaksanakan pekerjaannnya
(tanggap ) serta daya tahan fisik / jasmani (tangkas).
Purna Paskibraka Indonesia mempunyai fungsi :
1. Pendorong
dan pemrakarsa pembaharuan dengan menyelenggarakan kegiatan yang
konstruktif sehingga dapat menjadi pelopor untuk kemajuan bangsa dan
Negara.
2. Wadah
pembinaan dan pengembangan potensi anggota sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengurus Purna Paskibraka Indonesia disusun secara vertikal dengan urutan, yaitu :
1. Pengurus Pusat berkedudukan di Ibukota Negara RI
2. Pengurus Provinsi berkedudukan di Ibukota Provinsi
3. Pengurus Kabupaten/Kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten / Kota.
Lambang
Purna Paskibraka Indonesia adalah bunga teratai yang dilingkari rantai
berbentuk bulatan dan segi empat berjumlah 16 pasang. Makna dari lambang tersebut adalah:
1. Lambang
berupa bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di
atas air, hal ini bermakna bahwa anggota Paskibraka adalah pemuda dan
pemudi yang tumbuh dari bawah (orang biasa) dari tanah air yang sedang
berkembang dan membangun.
2. Bunga
teratai berdaun bunga 3 (tiga) helai tumbuh ke atas (mahkota bunga),
bermakna belajar, bekerja, dan berbakti. Bunga teratai berkelopak 3
(tiga) helai mendatar bermakna aktif, disiplin, dan gembira.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air. Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
Mata rantai berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok penjuru (16 penjuru arah mata angin) tanah air. Rantai persaudaraan ini tanpa memandang asal suku, agama, status sosial, dan golongan, akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan yang kokoh dan kuat. Sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.
SEJARAH PASKIBRAKA
Pada hari Jum’at Legi di bulan puasa, tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00, naskah proklamasi dibacakan oleh Soekarno. Bendera
Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Sebanyak 10
juta bendera Merah Putih kemudian disebar keseluruh penjuru tanah air.
Mulai tanggal 1 September 1945 setiap warga meneriakkan ucapan MERDEKA!
sebagai salam setiap berjumpa. Salam ini dilakukan dengan mengangkat
telapak tangan setinggi bahu.
Pada
tanggal.3 Januari 1946 Presiden dan wakil Presiden berpindah
dikarenakan masalah keamanan menuju Jogyakarta pada malam hari dengan
kereta api. Sejak itu pemerintahan berada di Jogyakarta dan Bendera
Merah Putih berkibar di tiang bendera yang besar dan tinggi di depan
Gedung Agung yang tampak lebih sepadan bila dibandingkan di tiang
bendera di Pengangsaan Timur. Bendera Merah Putih berkibar dengan megah di halaman Gedung Agung setiap hari.
Tgl 17 Agustus 1946 dilakukan peringatan ulang tahun pertama kemerdekaan Republik Indonesia di Jogyakarta. Husein Mutahar, ketika
itu sudah menjadi seorang ajudan Presiden dikenal juga sebagai pandu
yang aktif diberi tugas untuk menyusun upacara pengibaran bendera. Ia
mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa maka
pengibaran bendera Merah Putih sebaiknya dilakukan oleh para pemuda yang
mewakili daerah-daerah Indonesia
Husein
Mutahar kemudian memilih lima orang pemuda yang bermukim di Jogyakarta,
3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Jumlah lima orang ini
merupakan simbol Pancasila. Upacara bendera Pusaka Merah Putih di
halaman Gedung Agung, Jogyakarta, dilaksanakan lagi pada tanggal 17
Agustus 1947,1948 dan 1949 dengan menampilkan para pemuda dari
daerah-daerah lainnya.
Belanda
mengakui kedaulatan RI yang ditanda tangani pada tgl 27 Desember 1949.
Setelah itu, Presiden Soekarno kembali ke Jakarta, dan ibukota Republik
pun kembali ke Jakarta. Bung Karno menempatkan bendera Merah Putih dalam
sebuah peti berukir,saat turun dari pesawat yang pertama kali keluar
adalah pengawal kehormatan mengiringkan Sang Merah Putih kemudian
disusul penumpang yang lain yang disambut dengan pekik Merdeka…Merdeka…!
oleh rakyat yang menyambut. Sejak itu Bendera Pusaka dikibarkan di
halaman Istana Merdeka pada detik-detik Proklamasi setiap tahun
Pada
tahun 1967, Bapak Husein Mutahar yang menjabat sebagai Dirjen Urusan
Pemuda dan Pramuka (UDAKA) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diberi
tugas untuk menyusun tatacara pengibaran Bendera Pusaka. Beliau
membentuk pasukan yang terdiri dari atas 3 kelompok yaitu; kelompok 17
sebagai pengiring/pemandu, kelompok 8 sebagai inti pembawa bendera, dan
kelompok 45 sebagai pengawal. Ini merupakan simbol dari tanggal
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu
dengan situasi kondisi yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada
di jakarta dan menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas
Pengibaran Bendera Pusaka. Pasukan ini kemudian disebut PASKIBRAKA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Semula
rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para
Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI). Usul lain menggunakan anggota
Pasukan Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR dan BRIMOB) juga tidak
mudah, akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang
mudah dihubungi dan sekaligus mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Pada
17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda
utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan
utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota pasukan tahun
1967. Pada masa Presiden Soeharto Bendera Pusaka di kibarkan hanya 2
kali, yaitu pada 17 Agustus 1967 dan 17 Agustus 1968 karena kondisi
bendera yang tidak memungkinkan lagi.
5
Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan
duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi
oleh Presiden Suharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh
Indonesia. Bendera duplikat (dari 6 carik kain) mulai dikibarkan
menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakrta,
sedangkan Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera
duplikat yang dikibar/diturunkan.
Pada
tahun itu resmi anggota PASKIBRAKA adalah para remaja siswa SMTA
se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari 26 propinsi di
Indonesia, dan tiap propinsi diwakili oleh sepasang remaja. Dari tahun
1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai
anggota "Pengerek Bendera".
Pada
tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk Pengibar Bendera
Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari PASukan, KIB berasal
dari KIBar mengandung pengertian PENGIBAR, RA berarti BendeRA dan KA
berarti pusaKA, mulai saat itu singkatan anggota pengibar bendera pusaka
adalah PASKIBRAKA.
Sedangkan Bendera Pusaka yang sudah rapuh ditempatkan disebuah peti berukir dan dipakai untuk mengiringi pengibaran Duplikat Bendera Pusaka setiap 17 Agustus di Istana Merdeka. Mulai tahun 1999 sampai sekarang Bendera Pusaka tidak mengiringi dalam pengibaran karena sudah sangat renta.
Langganan:
Postingan (Atom)